Akibat Melanggar Lima Sila Dalam Agama Buddha
Setiap tindakan diikuti oleh akibat. Demikian pula jika melanggar Lima Sila. Setelah mempelajari topik ini kamu diharapkan dapat mengetahui akibat melanggar Lima Sila, menjelaskan cara melaksanakan Lima Sila, dan menanggapi kasus-kasus berhubungan dengan Lima Sila.
Akibat Melanggar Lima Sila
Lima Sila adalah lima aturan moral. Ia bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian. Tidak melaksanakan peraturan akan menimbulkan kekacauan dan ketakutan. Misalnya ketika orang tidak mau tertib berlalu lintas. Jalan raya menjadi kacau, macet, dan sering terjadi kecelakaan. Demikian pula jika manusia tidak melaksanakan Lima Sila. Jika Lima Sila tidak dilaksanakan akan timbul kekacauan dan ketakutan. Tidak melaksanakan Lima Sila akan memetik buah karma buruk.
Apa saja akibat melanggar Lima Sila?
1. Jika suka membunuh berakibat pendek umur
2. Jika suka mencuri berakibat miskin dan susah rejeki
3. Jika suka berbuat asusila berakibat tidak disenangi masyarakat
4. Jika suka berbohong berakibat tidak punya teman
5. Jika suka mabuk-mabukan berakibat mudah sakit dan bodoh
Membunuh adalah tindak kejahatan. Membunuh termasuk perbuatan kriminal. Perbuatan kriminal adalah pelanggaran hukum. Melanggar hukum berakibat dapat dipenjara. Membunuh berakibat buruk. Jika membunuh dapat dipenjara dan pendek umur. Pembunuhan menimbulkan rasa takut dan tidak aman. Karena itu kita harus pantang membunuh.
Mencuri termasuk tindak kejahatan. Mencuri tergolong sebagai perbuatan kriminal. Mencuri adalah pelanggaran hukum. Mencuri dapat menimbulkan akibat buruk. Pelaku pencurian dapat dipenjara. Perbuatan mencuri menyebabkan rasa tidak aman. Suka mencuri berakibat susah rejeki dan hidup miskin. Karena itu kita harus pantang mencuri.
Perbuatan asusila artinya melakukan pelecehan. Perbuatan asusila juga termasuk tindak kejahatan. Perbuatan asusila menimbulkan rasa takut. Orang yang berbuat asusila tidak disenangi masyarakat. Perbuatan asusila menimbulkan rasa tidak nyaman. Orang yang berbuat asusila juga dapat dipenjara. Karena itu kita harus pantang berbuat asusila. Berbohong adalah tindakan tercela.
Berbohong dapat menyebabkan dipenjara. Orang yang suka berbohong tidak dapat dipercaya. Orang yang suka berbohong dijauhi masyarakat. Suka berbohong tidak punya teman. Berbohong menyebabkan hidupnya susah. Karena itu kita harus pantang berbohong.
Mabuk-mabukan artinya tidak sadar. Orang yang mabuk tidak sadar diri. Sehingga perbuatannya tidak terkendali. Ucapannya tidak terkontrol. Dan pikirannya kacau. Suka mabuk menyebabkan pikiran bodoh. Suka mabuk tidak disukai masyarakat. Suka mabuk juga mudah terserang penyakit. Karena itu kita harus pantang mabuk-mabukan.
Bangau yang Culas
(Baka Jataka 38)
Pernahkah kamu ke Candi Mendut? Tahukah kamu di dinding Candi Mendut terdapat relief yang bercerita tentang Bangau yang Culas. Bagaimana ceritanya? Ayo kita simak ceritanya bersama-sama. Tersebutlah di sebuah danau kecil yang jernih. Hiduplah berbagai jenis ikan, udang dan kepiting. Di sekitar danau
hiduplah sekawanan burung bangau. Mereka memakan ikan ikan setiap hari. Ketika musim kemarau tiba. Air di danau pun mulai menyusut. Kawanan bangau pergi meninggalkan danau, tetapi ada seekor bangau tua yang tidak mau pergi. Kini di danau tinggal beberapa ikan dan seekor kepiting. Melihat bangau tua yang tidak mau terbang. Kawanan ikan pun menjadi heran. Dilihatnya bangau setiap hari merenung. Tak mau memakan ikan seperti biasanya. Ikan-ikan pun memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Bangau ternyata tetap diam dan nampak sedih. Akhirnya ada diantara ikan yang memberanikan diri bertanya. “Hai bangau, kenapa kamu beberapa hari ini nampak sedih dan tidak memakan kami-kami seperti biasanya?”. Oh ikan yang baik, ketahuilah. Aku sekarang sedang berlatih menjadi petapa. Kini aku menyesali perbuatanku. Sehingga tidak mau makan ikan lagi. Kawanan ikan tak percaya kata-kata bangau. Tetapi setiap kali ditanya, Bangau selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga ikan-ikan mulai mempercayainya. “Oh sahabatku,” kata Bangau. “Aku bersedih karena ketika aku pergi. Aku mendengar sekelompok orang akan datang kemari. Mereka akan menangkap kamu karena air mulai menyusut. Aku ingin menolongmu memindahkan ke danau lain. Di seberang hutan yang masih banyak airnya.”. Kawanan ikan yang tidak lagi curiga. Akhirnya mau dipindahkan satu per satu. Ternyata bangau membawanya ke atas batu besar. Ia memakan ikan-ikan dengan rakusnya. Berulang kali bangau memindahkan ikan-ikan, serta memakannya satu persatu.
Kini tinggalah kepiting yang tersisa. Ketika kepiting dibawa terbang oleh bangau. Dia melihat tulang-tulang ikan berserakan di atas batu besar, kepiting sadar bahwa selama ini bangau telah menipunya. Dengan cara-cara yang licik, curang. Dengan sekuat tenaga, kepiting mencekik leher bangau, hingga lehernya putus dan mati. Buddha bercerita bahwa setelah beberapa kehidupan, Bangau lahir kembali menjadi Penjahit di kota Jetawana. Kepiting menjadi penjahit di sebuah desa, sedangkan kawanan ikan menjadi masyarakat di Jetawana. Sang Bangau, ketika menjadi penjahit di kota Jetawana, dia pun suka menipu. Penjahit dari desa membongkar tipu daya penjahit dari Jetawana. Akhirnya penjahit dari Jetawana menerima hukuman atas perbuatannya. Pesan dari kisah ini adalah tipu muslihat, berbohong tidak akan membawa keuntungan.
Baca Juga : Pohon Bodhi Dalam Agama Buddha
Komentar
Posting Komentar