Meditasi Dalam Agama Buddha
Phandanam capalam cittam
durakkham dunnivarayam
ujum karoti medhavi
usukarova tejanam
Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap, sulit dijaga dan sulit dikuasai; namun orang bijaksana akan meluruskan, bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah.
(Dhammapada; Citta Vagga; 33)
Partini Pandai Berkonsentrasi
Partini anak yang rajin, ia juara di kelasnya, apapun pelajarannya pastilah nilainya sangat baik. Sementa itu, Jumanto nilainya banyak yang buruk. Jumanto di dalam kelas sering menggangu teman-temannya, sering bercerita sendiri sewaktu pelajaran berlangsung, sehingga ia tidak tahu materi apa yang sedang diberikan oleh bapak atau ibu gurunya. Jumanto sering diperingatkan oleh bapak dan ibu guru, karena Jumanto tidak memperhatikan atau kurang berkonsentrasi dalam pelajaran. Berbeda dengan Partini yang selalu memperhatikan bapak atau ibu guru dalam kelas, ia selalu konsentrasi dengan pelajarannya. Dengan konsentrasinya, Partini dapat menerima semua materi yang diberikan dalam kelas. Sebagai hasil konsentrasinya, Partini dapat menjadi juara kelas. Kepandaian berkonsentrasi Partini tidak hanya di dalam kelas, karena di manapun ia selalu memiliki perhatian. Melalui konsentrasi pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa, ia menjadi berhasil.
Dapat mendengarkan dhamma merupakan berkah utama dan salah satu aspek dalam mempraktikkan dhamma. Ketika mendengarkan dhamma, arahkan batin-tubuh ini pada kekhusukan meditasi samadhi. Di zaman Sang Buddha, murid-murid-Nya mendengarkan dhamma dalam keadaan samadhi. Samadhi dilakukan guna memahami apa yang disampaikan Sang Buddha. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya benarbenar dapat merealisasikan dhamma selagi mereka duduk mendengarkan
A. Pengertian Bhavana dan Samadhi
Berlatih meditasi sangat diperlukan karena pikiran dan batin dapat terarah dengan baik sehingga mengerti hal-hal yang seharusnya dipahami. Alasan pertama melaksanakan meditasi adalah untuk membuat diri menjadi tenang. Selebihnya untuk mengembangkan ketenangan dan pengendalian diri karena batin dan pikiran belum tenteram. Batin tidak tenang, kacau, tak terkendali, banyak kebimbangan dan kegelisahan. Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain arti dan pemakaian yang hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu objek.
Dalam pelajaran ini ada dua jenis Samadhi yang akan dijelaskan. Samadhi yang pertama adalah Samadhi benar (samma-samadhi) adalah pemusatan pikiran pada objek yang dapat menghilangkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang baik. Samadhi yang kedua adalah samadhi salah (miccha samadhi). Samadhi salah (miccha samadhi) yaitu pemusatan pikiran pada objek yang dapat menimbulkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang tidak baik. Jika dipergunakan istilah samadhi, maka yang dimaksud adalah “Samadhi yang benar”.
B. Pekerjaan memerlukan konsentrasi
Setiap kegiatan atau pekerjaan memerlukan konsentrasi. Di antaranya ada yang memerlukan konsentrasi tinggi. Sekali lengah pekerjaan itu akan terbengkalai. Oleh sebab itu, konsentrasi perlu diperhatikan baik itu pekerjaan di kantor, sekolah, rumah sakit atau di sekitar kita. Contoh pekerjaan yang menuntut konsentrasi tinggi adalah, dokter bedah, pilot, pembalap, penjahit, peneliti, akuntan, dan lain sebagainya.
Banyak contoh-contoh hasil perbuatan yang disertai konsentrasi. Contohnya antara lain:
• memperoleh nilai yang bagus karena dalam mengerjakan ujian penuh dengan konsentrasi.
• pasien sembuh dari sakit karena dokter penuh konsentrasi dalam memeriksa dan mengobati.
• penumpang selamat sampai tujuan karena sopir hati-hati dan konsentrasi dalam mengendarai kendaraan.
C. Objek Meditasi
Objek yang digunakan dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Objek-objek itu adalah sepuluh wujud benda (kasina), sepuluh kekotoran (asubha), sepuluh perenungan (anussati), empat keadaan tanpa batas (appamañña), satu makanan menjijikan (aharapatikulasañña), satu tentang empat unsur (catudhatuvavatthana), dan empat keadaan tanpa wujud (arupa). Pada umumnya, orang yang bermeditasi melaksanakan samatha bhavana sering mendapat gangguan atau halangan atau rintangan yaitu, lima nivarana dan sepuluh palibodha. Objek samatha bhavana yang jumlahnya mencapai 40 macam ini dapat dipilih salah satu. Pemilihan objek ini disesuaikan dengan sifat atau pribadi seseorang. Pemilihan objek ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat perkembangan meditasinya. Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru.
D. Manfaat Meditasi
Sungguh banyak yang dapat dikerjakan oleh setiap orang untuk mendapatkan kesenangan duniawi dalam lingkungan yang penuh dengan kesibukan dan kekacauan ini. Jika memang benar demikian halnya mengapa harus bermeditasi? Apakah gunanya membuang waktu untuk duduk diam bersila dengan bermalasan? Sesungguhnya apabila dapat melaksanakan meditasi dengan cara yang benar, maka meditasi akan dapat memberikan banyak manfaat untuk diri sendiri.
Beberapa manfaat yang dapat dirasakan langsung dari pelaksanaan meditasi adalah:
1. membebaskan diri dari ketegangan;
2. menenangkan diri dari kebingungan;
3. menimbulkan ketabahan dan keberanian;
4. memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri;
5. mengatasi rasa takut;
6. menumbuhkan rasa puas dalam batin;
7. menimbulkan dan menguatkan daya ingat;
8. memiliki kepuasan dan ketenangan batin;
9. mengerti tentang cara mencapai tujuan hidup;
10. mampu mengendalikan kemarahan, kebencian, dan rasa dendam;
11. mengatasi nafsu keinginan;
12. mencapai penerangan sempurna.
Inilah beberapa manfaat praktis yang dapat dihasilkan dalam latihan meditasi. Manfaat ini tidak dapat dijumpai atau ditemukan dalam buku, apalagi dibeli di warung. Uang tidak dapat dipakai untuk mendapatkannya. Manfaat meditasi hanya dapat ditemukan dalam diri sendiri, yaitu dalam pikiran.
E. Lima Rintangan Batin
Batin sering merasa tidak tentram yang disebabkan oleh lima rintangan batin. Lima rintangan batin (nivarana) tersebut adalah nafsu keinginan yang melekat (kamachanda), niat buruk (byapada), kemalasan dan kelelahan (thinamidha), keragu-raguan (viccikiccha) dan gelisah dan cemas (uddaccha kukkuccha).
Penjelasan mengenai lima rintangan batin (nivarana) yang dapat membuat batin kita tidak tenteram adalah sebagai berikut.
1. Nafsu keinginan yang melekat (kamachanda) adalah ketika 6 landasan indria kita kontak/bersentuhan dengan objeknya masing-masing yaitu: mata melihat, telinga mendengar, hidung membau, lidah mengecap, fisik menyentuh, dan batin mengingat. Pada saat terjadinya kontak/sentuhan, maka akan timbul perasaan senang dan tidak senang dalam batin kita. Apabila objek yang kita temui menyenangkan, maka kita akan melekat padanya. Akan tetapi, apa bila objek yang kita temui tidak menyenangkan, maka kita akan menolaknya.
2. Niat jahat (byapada) adalah keadaan di mana kita ingin mendapatkan sesuatu namun dengan cara yang kurang baik. Keinginan tersebutlah yang menyebabkan kita menghalalkan segala cara dengan menyusun siasat yang kurang baik. Dengan siasat itu, kemudian timbul niat buruk untuk mencelakakan orang lain. Niat jahat (byapada) inilah salah satu sebab mengapa batin kita merasa tidak tentram.
3. Kemalasan dan kelelahan (thinamidha). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemalasan adalah suatu keadaan atau kondisi di mana seseorang tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu. Kelelahan adalah suatu keadaan atau kondisi karena seseorang bekerja secara berlebihan. Kelelahan atau kemalasan dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak bersemangat atau mengantuk.
4. Keragu-raguan (viccikiccha) adalah kondisi atau keadaan di mana seseorang merasa tidak yakin terhadap tujuan yang akan dicapainya. Kondisi ini membuat orang tersebut menjadi bingung menentukan arah yang akan menjadi tujuannya.
5. Gelisah dan cemas (uddaccha kukkuccha) adalah kekhawatiran yang berlebihan sehingga timbul gelisah dan cemas.
Ini adalah lima rintangan yang berakibat batin kita tidak tentram. Agar batin kita dapat tentram maka kita perlu mengembangkan lima kekuatan. Bila lima kekuatan kita telah berkembang, maka kita akan mampu melenyapkan lima rintangan batin. Kemampuan kita melenyapkan lima rintangan batin akan membuat batin kita menjadi damai dan bahagia serta tenang dan tentram.
F. Gangguan Meditasi (Palibodha)
Ada sepuluh macam gangguan meditasi (Palibodha):
1. Tempat tinggal (avasa)
Tempat tinggal adalah tempat di mana pemula meditasi tinggal untuk bermeditasi. Tempat tinggal yang memiliki banyak kegiatan dapat mengakibatkan gangguan melalui indra-indra, misalnya seperti: kegaduhan (telinga), bau menyenangkan atau tidak menyenangkan (hidung), banyak serangga atau angin kencang (tubuh).
2. Keluarga (kula)
Keluarga dapat menjadi penyebab terganggunya meditasi seseorang. Seseorang yang semula berniat akan bermeditasi gagal karena anggota keluarganya. Kegagalannya tersebut karena mungkin ada anggota keluarganya yang datang mengunjungi, adanya persoalan di rumah, atau masalah yang berhubungan dengan salah seorang keluarganya.
3. Pendapatan (labha)
Pendapatan merupakan salah satu gangguan meditasi. Bagi para Bhikkhu, pendapatan berhubungan dengan empat kebutuhan pokok, yaitu jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Sedangkan bagi orang awam, pendapatan adalah materi atau uang.
4. Para siswa (gana)
Mengapa para siswa termasuk ke dalam penyebab gangguan meditasi? Bila seorang guru akan bermeditasi, namun para siswanya sering mengunjunginya untuk minta pelajaran, bertanya, mohon petunjuk untuk memecahkan masalah yang dihadapi para siswa, dan sebagainya. Akibat kunjungan para siswa ini, waktu untuk meditasi sang guru pun tidak ada, ataupun bila ia sedang meditasi, meditasinya akan terganggu.
5. Kegiatan (kamma)
Sibuk dengan pekerjaan, memperbaiki tempat tinggal, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan tak kunjung habis, sehingga kesempatan untuk meditasi sangat terbatas atau tidak ada sama sekali.
6. Bepergian (addhana)
Adanya rencana bepergian, maka pikiran kitapun tersita oleh rencana itu. Dalam perjalanan, kita tidak selalu mempunyai kesempatan untuk bermeditasi. Jasmani kita menjadi tidak segar dan terlalu lelah, sehingga pemusatan pikiran menjadi sulit.
7. Kerabat (nati)
Kerabat datang untuk berbagai keperluan, sehingga waktu kita tersita untuk melayani mereka. Ketika sedang bermeditasi pun terganggu oleh kedatangan mereka.
8. Sakit (abadha)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sakit merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana tubuh kita merasa tidak nyaman/sehat karena menderita sesuatu. Karena sakit, maka seseorang menjadi sulit untuk bermeditasi.
9. Belajar (gantha)
Kita akan bermeditasi, namun ternyata kita harus belajar, misalnya akan ada ujian. Untuk menyelesaikannya butuh waktu dan pemikiran yang dapat mengganggu meditasi.
10. Kemampuan batin (Iddhi)
Kemampuan batin sebagai gangguan lebih cenderung pada mereka yang akan melaksanakan meditasi Vipassana Bhavana, sebagai kelanjutan dari Samtha Bhavana. Namun kemampuan batin menjadi gangguan Samtha Bhavana, karena yang bersangkutan terlalu senang dengan melakukan kegiatan kemampuan batin, sehingga malas untuk bermeditasi.
G. Posisi Meditasi
Meditasi dapat berhasil dengan baik, apabila kita mengetahui cara melakukan meditasi yang baik. Dengan mengetahui cara meditasi yang baik, diharapkan meditasi yang dilakukan dapat terkonsentrasi dan setelah meditasi badan dan pikiran dapat segar kembali. Terdapat empat posisi dalam melaksanakan meditasi:
1. Duduk
Meditasi ini dilakukan dengan sikap duduk bersila. Posisi duduk dalam melatih meditasi dapat bersila dengan bersilang, bertumpuk atau sejajar, atau dapat melipat kaki ke samping. Terpenting, kaki hendaknya tidaklah kaku, harus kendur dan santai. Sebaiknya, ambillah sikap duduk yang paling enak dan paling mudah. Duduklah dengan santai, jangan bersandar, punggung harus tegak lurus namun tidak kaku atau tegang, badan harus lurus dan seimbang, leher tegak lurus, mulut dan mata tertutup. Sikap duduk selama meditasi harus selalu waspada agar tidak lekas mengantuk.
2. Berdiri
Meditasi ini dilakukan dengan berdiri. Sikap badan ketika melakukan meditasi ini adalah kaki sedikit renggang, kedua tangan di depan saling memegang, keseimbangan tubuh dijaga serta pikiran terpusat pada satu objek. Dengan mempraktikkan semua sikap tubuh dalam meditasi vipassana, termasuk sikap tubuh berdiri, semoga semua yogi bisa meraih pemurnian sepenuhnya dalam kehidupan ini.
3. Berjalan
Meditasi ini dilakukan dengan berjalan secara perlahan-lahan. Ketika melakukan meditasi ini, kita menyadari langkah kaki saat melangkah dan meletakkan kaki disertai dengan konsentrasi yang penuh. Meditasi dengan cara ini biasanya dilakukan dengan mengucapkan doa (mantra/paritta) tertentu untuk mengarah dalam konsentrasi pikiran. Pada satu waktu ada kaki yang terangkat dan munculnya kesadaran mengangkat. Saat berikutnya ada gerakan kaki mendorong ke depan dan kesadaran yang melihat pergerakan tersebut, demikian seterusnya. Dari sinilah muncul pemahaman tentang bekerjanya pasangan batin dan jasmani yang muncul dan lenyap setiap saat. Pemahaman atau pengertian tentang muncul dan lenyapnya batin dan jasmani setiap saat ini hanya akan terjadi bagi mereka yang berlatih dengan sungguh-sungguh. Kita harus berlatih meditasi jalan dengan sungguh-sungguh sama seperti waktu berlatih meditasi duduk atau posisi lainnya.
4. Berbaring
Meditasi ini dilakukan seperti saat posisi Sang Buddha Parinibbana, yaitu posisi badan miring ke kanan dan kaki kiri diatas, tangan menopang kepala, mata terpejam dan pikiran terkonsentrasi pada salah satu objek yang dipilih.
Perenungan
Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain arti dan pemakaian yang hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu objek. Samadhi benar (samma samadhi) adalah pemusatan pikiran pada objek yang dapat menghilangkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma baik.
Baca Juga : Pengaruh Karma dalam Kehidupan Agama Buddha
Sumber : https://www.salamedukasi.com/
Komentar
Posting Komentar