Pengertian Doa Dalam Agama Buddha

Doa Dalam Agama Buddha

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Doa diartikan sebagai permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Secara umum doa adalah meminta harapan kepada yang kuasa (Tuhan). Misal dalam sebuah pertandingan seseorang akan berdoa kemenangan untuk pihak sendiri, dan kmendoakan kekalahan untuk pihak lawan. Berdoa untuk meminta kesejahteraan, berdoa untuk memanggil hujan atau sebaliknya untuk menolak hujan. Berdoa yang sering dilakukan adalah berbagai jenis permohonan.

Dalam agama Buddha juga terdapat paritta permohonan atau perlindungan, yaitu morra paritta. Meminta permohonan atau perlindungan tidaklah salah dalam agama Buddha, namun tidak cukup hanya meminta perlindungan saja. Jika hanya meminta perlindungan atau permohonan tidak akan memecahkan suatu masalah. Sang Buddha pernah menyatakan kepada Anatthapindika, bahwa kebanyakan orang mendambakan usia panjang, kecantikkan/ketampanan, kebahagiaan, kehormatan, dan terlahir di alam surga (A.N.5.43). Kelima hal tersebut tidaklah tercapai hanya karena berdoa. Untuk mencapai apa yang diinginkan, janganlah orang tergantung pada doa atau bersikap pasrah, tetapi ia harus berusaha menempuh jalan kearah itu.

Pengertian Doa Dalam Agama Buddha

Dalam Agama Buddha nasib bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah, nasib juga bukan suatu yang harus diterima begitu saja. Nasib merupakan suatu bentuk hasil karma yang diperoleh seseorang dari akibatnya masa lalu. Dalam Agama Buddha nasib dapat diubah, jika seseorang tersebut berusaha untuk melakukan apa yang terbaik bagi dirinya.

Apabila doa diartikan sebagai meminta, dan ternyata apa yang diharapkan atau yang diminta tidak terkabul, maka akan timbul rasa kecewa dan jengkel. Bagi seorang Buddhis, suatu rakhmat atau berkah dari sang Tri Ratna tidak hanya dari seseorang yang meminta. Tanpa meminta, apa yang diharapkan pasti akan datang pada waktunya sebagai buah dari perbuatannya (Kamma). Buddha bukanlah Tuhan, Buddha akan selalu melindungi, Budha akan selalu memancarkan kasih sayangnya yang tak terbatas. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita menempatkan diri dalam perlindungannya?.

Doa dalam Agama Buddha yang mengungkapkan harapan tidak tepat jika disamakan dengan doa meminta. Doa dalam Buddhisme berisikan pengharapan yang didasarkan pada pernyataan kebenaran. Seperti dalam paritta perlindungan (Tisarana) berikut:

Aku berlindung kepada Buddha

Aku berlindung kepada Dhamma

Aku berlindung Kepada Sangha

Untuk kedua kalinya Aku berlindung kepada Buddha

Untuk kedua kalinya Aku berlindung kepada Dhamma

Untuk kedua kalinya Aku berlindung Kepada Sangha

Untuk ketiga kalinya Aku berlindung kepada Buddha

Untuk ketiga kalinya Aku berlindung kepada Dhamma

Untuk ketiga kalinya Aku berlindung Kepada Sangha

Kalimat perlindungan tersebut bukanlah suatu doa agar dapat terlindungi. Paritta Tisarana merupakan pernyataan perlindungan, dimana seorang Buddhis berusaha melakukan perlindungan, bukan suatu bentuk yang pasrah. Pernyataan yang dimaksud adalah, misalnya terjadi hujan dan seseorang akan mencari perlindungan, ketika melihat sebuah pohon seseorang tersebut bukan memanggil pohon tersebut untuk melindunginya dari hujan, melainkan berusaha untuk mendatangi pohon tersebut untuk berteduh. Jadi pernyataan perlindungan diatas merupakan pernyataan yang aktif bukan pasif.

Pengertian Doa Dalam Agama Buddha

Kapan kita berdoa? Kita dapat berdoa untuk setiap berbuatan yang kita lakukan: “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”. Berdoa merupakan cara untuk memantapkan kepercayaan pada diri sendiri. Jika doa sendiri dapat memberikan kita hal-hal yang kita inginkan, lalu mengapa terdapat penderitaan di dunia ini? Contohnya tentang murid yang berusaha mendapatkan nilai 100 (A) dengan belajar dan berusaha semaksimal mungkin. Sebaliknya murid yang tidak belajar dan hanya berdoa, pergi dari satu dewa ke dewa lainnya, murid ini tentu saja tidak akan pernah mendapatkan seratus (A).

Jadi, Sang Buddha berkata bahwa kita harus berjalan di jalur yang membawakan kita hal-hal yang diinginkan. Berarti apabila kita menginginkan umur panjang, maka kita tidak seharusnya membunuh. Jika anda tidak membunuh, maka anda tidak perlu berdoa karena umur panjang akan datang secara alamiah. Jika anda ingin terlahir menawan, bersikaplah ramah-tamah, jangan marah. Jika anda menginginkan kebahagiaan, berilah kebahagiaan dan anda pantas mendapatkan kebahagiaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baik Hati dan Lemah Lembut Dalam Agama Buddha

Meditasi Dalam Agama Buddha

Akibat Melanggar Lima Sila Dalam Agama Buddha